Pencarian Eden yang hilang adalah sebuah pencarian kebahagiaan yang sejati. Masih mungkinkah manusia menemukannya? Pencarian kebahagiaan tidak terlepas dari pencarian arti hidup.

“Sekian lama saya kerja keras … lihat, apa yang telah saya peroleh? Apakah artinya dari semua ini?”

Jika benar manusia akan puas setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, maka semua orang akan berhenti untuk mencari. Buktinya tidaklah demikian. Bahagia sering dihayati sebagai suatu state/kondisi perasaan yang sementara. Tetapi pencarian arti hidup  sangatlah berbeda dengan definisi yang dunia berikan.

Yeremia 2:13 (TB)  “Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.”

Itu berarti kita selalu salah mencari arti hidup.

Perempuan Samaria menikah lima kali dan berakhir dengan seorang pria tanpa ikatan apa-apa. Hidupnya penuh dengan gambaran pencarian arti hidup yang kosong, sebuah keterasingan di dalam relasi.

Hanya melalui kembali berelasi dengan Allah, itulah sumber kebahagiaan sejati manusia. Sebab relasi inilah yang paling pertama dirusak di Eden. Itu sebabnya hukuman yang paling mengerikan bagi Adam dan Hawa bukanlah kehilangan pekerjaan yang bermakna atau ketidakadilan, melainkan keterasingan dalam relasinya dengan Sang Penciptanya.

Jadi bagaimana mungkin manusia mendapatkan kembali desain Allah yang sempurna seperti pada mulanya di Eden? Tremper Longman III, dalam tafsirannya mengenai Kitab Keluaran mengatakan: “Sungguh Allah adalah pribadi yang pantang menyerah untuk memulihkan relasi harmonis antara manusia dengan diri-Nya.” Itu sebabnya Allah memberikan perintah agar Musa mendirikan Kemah Suci, tempat kediaman Allah yg diatur sedemikian rupa dengan tirai yang dibuat warna ungu dan biru yang melambangkan langit tempat kediaman Allah, kini datang untuk tinggal bersama dengan manusia. Secara khusus, kehadiran Allah dilambangkan dengan  Tabut Perjanjian yang ada di tempat ruang Maha Kudus. Setiap tahun sekali, Imam Besar harus masuk memercikkan darah domba ke atas tutup pendamaian (verb: atonement/penebusan).

Mengapa kehadiran Allah harus disertai penebusan? Karena arti penebusan adalah membeli kembali atau memiliki kembali setelah membayar. Dengan demikian ada pemberian nilai/arti terhadap yang dibeli.

Di dalam Surat Paulus, 1 Korintus 6:20 Kristus membeli kita dan harganya yang sudah lunas dibayarkan. Maka yang dibeli-Nya, kini menjadi milik-Nya. Mungkin kita merasa kalau menjadi milik seseorang maka akan kehilangan kebebasan dan hak kita. Tetapi justru sebaliknya, manusia yang terasingkan di dalam  relasi akan menemukan Eden yang hilang ketika ia DIMILIKI dan MEMILIKI.

Itulah Nilai/Arti hidup yg Allah berikan bagi manusia di taman Eden. Adam dan Hawa pernah dimiliki dan memiliki Allah. Dan untuk itulah Yesus Kristus datang menebus kita supaya kita kembali dimiliki dan memiliki Allah.

Roma 5:1 (TB)  Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.