“Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu..”

Saya tertarik sekali dengan kalimat Matthew Henry, bagus sekali kalimatnya,

“Lihat akhir hidup Tuhan Yesus, Dia menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya, Dia mewariskan tubuh-Nya kepada Yusuf Arimatea untuk diurus dengan baik dan layak, Dia menyerahkan ibu-Nya kepada Yohanes, jubah-Nya diundi oleh para prajurit. Apa warisan yang Ia berikan kepada para murid yang sudah menyerahkan seluruh harta untuk mengikut Dia?”

Yesus memanggil Matius untuk mengikut Dia saat Matius berada di rumah pajak. Terkadang saya bertanya-tanya, waktu Matius memutuskan pergi mengikut Yesus, apa dia tidak urus aset-aset yang ditinggalkannya? Mungkin dalam konteks kita, seperti kantor yang isinya diserahkan kepada karyawannya, “You boleh ambil meja, komputer, dll, terserah.” Setelah Matius menyerahkan semuanya demi mengikut Tuhan, apa yang ia dapat? Apa yang Yesus wariskan kepadanya?

Matthew Henry berkata, “Mereka mendapatkan damai sejahtera.”

Inilah yang dicari oleh manusia. Para murid memperoleh warisan apa? Sehelai bajupun tidak, satu nomor rekeningpun tidak. Tapi Tuhan memberi mereka damai sejahtera.

Saudara, ini adalah ayat yang luar biasa. “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu,..” Apa yang dimaksud dengan, “Damai sejahtera-KU”? Yaitu damai yang ada di dalam Kristus.

Ia tidak memberi damai yang bersifat abstrak. Sebenarnya apa itu damai? Bersifat personal atau relasional? Kedamaian di dalam hati? Atau damai antar pribadi? Atau apakah damai itu seperti paradise versi John Milton? Desa dengan pemandangan yang indah, berteduh di pinggir danau, suasana tenang, anak-anak bermain layang-layang, suasana riang gembira. Apakah seperti itu? Saudarah perhatikan bahwa damai yang Yesus beri bukanlah damai yang bersifat abstrak ataupun sastra. Tetapi, “Damai sejahtera-KU.”

Damai di dalam love to the Father and the Father’s love, Aku mengasihi Bapa dan Bapa mengasihi Aku. Inilah damainya Kristus, damai yang diberikan kepada murid-murid-Nya, damai yang tidak seperti dunia berikan. Dunia berusaha memberi damai, kenapa dunia memberi damai? Untuk apa dunia berusaha memberi damai? Karena Tuhan mencipta manusia sebagai peace seeker, pribadi pencari damai. Inilah sebabnya perusahaan asuransi berusaha memberi damai. Yesus berkata, “Apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu..” The world is trying to give you peace. Tapi apakah dunia menawarkan damai sejati? Tidak.

Kita akan melihat dua ayat.

Pertama, damai bukan kesenangan sementara yang berdosa.

“Karena ia (Musa) lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.” – Ibrani 11:25

Inilah yang Musa tinggalkan, yaitu kesenangan sementara yang berdosa. Musa tahu itu sementara. Musa tahu itu berdosa. Dan dia pergi menderita sengsara dengan umat Allah. Damai yang dunia berikan itu damai yang seperti apa? Damai dalam dosa dan kesementaraan. Kompromi terhadap dosa, cincailah, sudahlah. Inilah damai versi dunia.

Kedua, Rasul Yohanes sendiri berkata dalam suratnya,

“Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” – 1 Yohanes 2:16

“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” – 1 Yohanes 2:17

Saudara kaitkan dua hal ini. Hal pertama, dunia berusaha memberi damai. Hal kedua, dunia sedang berlalu. Dunia memberi damai, tapi dunia sedang berlalu, maka damai yang diberi dunia juga akan berlalu.

Mari kita lihat dalam Amsal 11 terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari. (Saya mulai membaca Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari untuk mendapatkan view yang lain). Amsal 11 sangat menggentarkan saya. Amsal ini mengajar kita untuk tidak bersandar kepada manusia dan kekayaan.

“Bila orang jahat meninggal, harapannya pun mati; berharap kepada kekuatan sendiri tidak berarti.” – Amsal 11:7 (BIS)

“Siapa mengandalkan harta akan jatuh seperti daun tua; orang yang saleh akan berkembang seperti tunas muda.” – Amsal 11:28 (BIS)

Saudara sekalian, biarlah damai kita bukan damai yang bergantung kepada kondisi. Jika kondisi baik, baru merasa damai. Jika seperti itu kita bergantung kepada tempat rekreasi atau pantai. Saudara bukan bekerja di Pattaya, tapi di jalan Sudirman. Saudara bukan berada di Phuket, tapi di Daan Mogot. Kalau damai bersifat conditional, kita akan susah.

Apa itu damai? Love to the Father and the Father’s Love. Kasih kita kepada Allah dan kasih Allah kepada kita, inilah damai yang Tuhan Yesus berikan.

Tuhan Yesus tidak mewariskan cek, uang atau apapun. Tetapi Ia mewariskan damai. Betapa indahnya. Dengan damai ini kita dapat tidur. Dengan damai ini kita dapat menikmati kasih Tuhan. Dengan damai ini kita boleh menikmati melayani Tuhan. Mazmur berkata,

“Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.” – Mazmur 4:9

Tuhan yang menangani hidup kita, kita tenang di dalam Dia.

Ada cerita tentang seseorang yang datang ke pelukis dan minta dilukiskan tentang damai sejahtera. Pertama-tama dilukiskan danau yang besar dan tenang, “Inilah damai.” Tapi pelukisnya tidak puas dan ia mengganti dengan lukisan lain. Akhirnya ia melukiskan keadaan badai yang dahsyat. Lalu ditanya oleh pembeli, “Pak, di mana damainya?” Pelukisnya menjawab, “Lihat baik-baik.” Ternyata ia menggambar seekor burung yang berdiam dengan tenang di sarangnya walau badai begitu hebat. Inilah damai. Damai bukan berada di luar diri, tapi di dalam hati. I want to love my Father and my Father’s love is given to me. Aku ingin mengasihi Bapaku dan Bapaku mengasihi aku. Inilah damai yang sangat indah.

Terakhir, mari kita lihat Lukas 7.

Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” – Lukas 7:48

Yesus menyuruh perempuan berdosa ini pergi dengan damai. Apa pergumulan perempuan ini? Dia sudah dikenal sebagai orang berdosa. Tapi ia disuruh pergi dengan damai, kenapa? Karena pengampunan dosa, “Dosamu telah diampuni.” Perempuan ini bergumul dengan masa lalunya, hati nurani menghakiminya, ada penghakiman Allah yang ia sadari. Roh Kudus menghidupkan hati nurani, menyadarkan akan penghakiman Allah. Perempuan ini bergumul, “Siapa yang dapat menyelesaikan dosaku?”

Pdt. Stephen Tong pernah bercerita tentang seseorang yang membunuh istrinya lalu dikuburkan secara diam-diam. Setelah itu ia hidup sebagai warga negara yang baik. Tapi hatinya tidak bisa tenang, sampai satu hari ia melaporkan diri sendiri kepada polisi bahwa ia sudah membunuh istrinya. Ia tidak bisa melarikan diri dari hati nuraninya.

Hal ini juga dialami oleh Martin Luther sebelum ia menjadi seorang Protestan. Luther seorang biarawan dan sudah memperoleh gelar doktor teologi. Dia mempelajari teologi dengan begitu mendalam tapi setiap hari berteriak-teriak, “Dosaku! Dosaku! Siapa yang memberi pengampunan?” Dia datang ke pemimpin biara, “Bagaimana menyelesaikan dosa saya?” Pemimpinnya berkata, “Berdoa, baca Alkitab, berpuasa.” Ia lakukan semua itu. Setiap malam berlutut berdoa sampai pagi hari, tidur tidak memakai kasur, tidak memakai selimut di musim dingin. Sampai-sampai ia berkata, “Jika manusia bisa masuk surga melalui usaha, saya orang pertama!”

Satu hari dia diutus pergi ke Roma. Sesampainya di sana ia diberitahu bahwa ada tangga yang pernah dinaiki oleh Yesus ketika Yesus menuju pengadilan Pontius Pilatus. Anak tangganya berjumlah 28, barangsiapa berdoa di setiap anak tangga dengan berlutut akan memperoleh pengampunan Tuhan. Dia berlutut berdoa, anak tangga demi anak tangga, tapi dia tetap tidak merasakan damai.

Sampai akhirnya ia membaca kitab Roma,

“Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” – Roma 1:17

“Orang benar akan hidup oleh iman.” Api Roh Kudus bekerja dalam hatinya dan ia mulai merasakan damai.

Saudara sekalian, jika kita menyembunyikan dosa maka tidak akan ada damai. Anak-anak muda yang sudah melakukan pre-marital sex, jika engkau menyembunyikan dosamu, engkau tidak mungkin damai. Siapapun dan apapun dosanya, tidak akan merasa damai kecuali ia datang kepada Tuhan. Hanya satu yang memberi damai, yaitu forgiveness of God, pengampunan Tuhan yang diberi kepada orang yang bertobat.

Siapapun tidak akan bisa menyembunyikan kegelisahannya dengan senyuman, nyanyian, aktivitas berganti aktivitas, atau berapapun usahanya. Tuhan mencintai engkau, maka Tuhan akan terus menggelisahkan hatimu tanpa henti sampai engkau kembali kepada Tuhan. Perempuan ini bergumul akan dosanya, dia tidak damai. Tapi Tuhan memberi pengampunan dan menyuruhnya untuk pergi dengan damai.
Tuhan juga memakai perempuan ini untuk menghakimi Simon,

“Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.” – Lukas 7:44-46

Biarlah malam ini kita sadar darimana damai sejati berasal. Semua manusia mencari damai, ingin mendapat damai. Tapi hanya satu damai sejati, yaitu di dalam Tuhan. Damai yang Tuhan beri tidak seperti yang dunia beri dan damai ini berdasar pada pengampunan dosa.

Kalau hati Saudara tidak tenang, bukan kebetulan Tuhan memimpin Saudara untuk datang malam ini. Biarlah kita mengalami damai yang sejati.