Mazmur 15 memberikan indikasi kepada kita kedua hal ini: kekudusan yang holistik dan integritas. Ini pesan yang jelas dari Mazmur 15. Ada panggilan Tuhan untuk kekudusan yang berintegritas (integrated holiness). Setiap aspek itu relasi vertikal kepada Tuhan dan relasi horizontal kepada manusia, personal spiritual commitment tetapi juga social relational contribution, jika kita pakai bahasa yang lebih formal.

Ada integrity dibicarakan di situ. Kebenaran yang diyakini dalam hati, diucapkan di mulut, dilakukan dalam hidupnya dan kemudian diperjuangkan meskipun rugi. Inilah integrity. Kekudusan yang komprehensif dan integrity menjadi pesan yang kuat dalam Mazmur 15:2-5a :

Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,

Yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;

Yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;

Yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah.

Kita bukan hakim, bukan jaksa, bukan penyidik, tapi kenapa dia berbicara soal hal ini? Ini artinya tidak bisa dipisahkan, tidak bisa ada polarisasi. Kita maunya di gereja saja, looks holy, senyum kayak malaikat, suasana surgawi, tapi di rumah, suasana neraka.  Itu berbahaya, kalau di gereja memimpin pujian hingga menggelegar tapi  kalau di rumah marah-marah anaknya juga menggelegar, begitu kadang-kadang kita dengar sindiran-sindiran orang. Itu sebabnya menakutkan.

Kita perlu berhati-hati sebagai anak-anak Tuhan, terutama yang melayani Tuhan. Tapi ini bukan berarti kita tidak perlu pelayanan, karena tuntutan di ayat ke-2 keras sekali. Gerald Wilson mengatakan “berlaku tidak bercela” di ayat ke-2 itu bukan bicara soal sinless perfection (kesempurnaan tanpa dosa) karena itu tidak mungkin tetapi itu berbicara soal consistent dedication, dedikasi tak henti-hentinya, terus menerus. Sekali lagi, pesan yang kuat dari Mazmur 15 adalah kekudusan yang komprehensif  (integrated holiness) dan integrity, a man of integrity, orang yang mempunyai integritas, dari hati, mulut, kelakuan sampai dengan memperjuangkan itu dalam masyarakat.

Kenapa kekudusan itu komprehensif di dalam hidup orang percaya? Karena Tuhan sendiri memang mempunyai kekudusan yang terintegrasi, yang komprehensif. Kasih-Nya kudus, kuasa-Nya kudus, kebenaran-Nya kudus, keadilan-Nya kudus, kedaulatan-Nya kudus, perkataan-Nya kudus. Itulah sebabnya, sampai di kita, menjadi komprehensif kekudusanNya.  Kita membaca pasal ke-15 di dalam 5 ayat ini, begitu jelas panggilan Tuhan untuk kekudusan di dalam segala aspek, dari hati, yang ada di hati, yang dibicarakan, yang dibicarakan dilakukan, yang dilakukan diperjuangkan meskipun rugi

Saya ingin memasuki pertanyaan dalam konteks historis yang sudah muncul sebelumnya di dalam khotbah ini, Kalau mazmur ini adalah mazmur untuk memasuki tempat ibadah. Pertanyaan yang sangat penting untuk kita jawab dalam khotbah ini adalah mengapa mazmur ini tidak membicarakan tentang korban persembahan? Bukankah kalau orang datang ke bait Allah, bukankah hal yang sangat penting yang tidak bisa dipisahkan adalah bicara soal korban persembahan? Apakah kamu mampu atau tidak mampu? Kamu mampu membawa domba atau burung merpati? Apakah yang kamu bisa bawa untuk dipersembahkan? Apa problemmu? Apa dosamu? Berapa banyak anggota keluargamu? Heran sekali. Bukankah ini adalah mazmur untuk memasuki tempat ibadah? Mengapa tidak dibicarakan sama sekali soal korban persembahan?

Di sini kemudian kita tahu bahwa mazmur ini menggabungkan apa yang diucapkan oleh Samuel dalam 1 Samuel 15, Tuhan menginginkan ketaatan lebih dari korban sembelihan. Ketika Saul pergi membasmi orang Amalek dan dia pulang dengan membawa banyak domba yang  katanya untuk dipersembahkan. Samuel bertanya kepada Saul apakah dia sudah melakukan kehendak Tuhan? Kata Saul bahwa dia sudah melakukan seluruh kehendak Tuhan. Saul membohongi Tuhan. Samuel bertanya, Bukankah Tuhan menyuruh semua domba dibasmi, mengapa engkau membawa pulang? Saul berkata rakyat merasa bahwa domba-domba begitu bagus, sayang, lebih baik mereka dipersembahkan kepada Tuhan. Lalu Samuel mengucapkan kalimat ini dalam 1 Samuel 15:22

Tetapi jawab Samuel: Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”

Ketaatan kepada perkataan Tuhan dan perintah Tuhan lebih penting, lebih baik daripada memberikan korban persembahan. Inilah yang dimaksudkan di dalam 1 Samuel 15 dan digabungkan dalam Mazmur 15. Korban persembahan adalah satu hal tetapi yang lebih penting adalah ketaatan dan kekudusan. Itulah yang lebih penting. Dalam konteks yang kita bicarakan hari ini, pelayanan dan ketaatan, lebih penting ketaatan. Korban persembahan atau versi Tuhan Yesus dalam Matius 23:23

“…persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tapi yang terpenting dalam hukum taurat kamu abaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Yang paling kasihan adalah persepuluhan tidak dilakukan, keadilan dan kesetiaan juga tidak dilakukan. Saudara-saudara sekalian, kalau bisa memang dua-duanya. Tetapi ketika sampai mereka begitu pro kepada korban persembahan, Firman Tuhan berkata ketaatan kepada Tuhan lebih penting. Versi Mazmur 51:19

Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”

Di Mazmur 51:19, kerendahan hati dan pertobatan lebih penting atau itulah korban yang berkenan. Kalau 1 Sam 15 tadi, ketaatan lebih penting dari korban, maka Mazmur 51:19, kerendahan hati dan pertobatan, itulah korban yang berkenan kepada Allah. Inilah dua pengertian revisi terhadap pengertian korban.