Dasarnya apa kita berharap kepada Tuhan? Tuhan berjanji, janji Tuhan bersifat jaminan. Tuhan berjanji pasti terjadi sebab Dia tidak mungkin berdusta.Tuhan berjanji, Allah yang benar tidak mungkin Dia ucapkan kebohongan. Allah yang berkuasa pasti Dia bisa jalankan. Allah yang tidak mungkin berubah apa yang sudah Dia katakan, Dia jalankan. Kalau kita berhadapan dengan manusia kadang-kadang kita kecewa, karena belum tentu manusia yang berjanji kepada kita, dia menipu kita. Mungkin saja dia memang ingin memnuhi janji dia, tetapi dia kehilangan kemampuan. Belum tentu dia membohongi, memang mungkin dia tidak mampu, kondisi tidak mungkin. Tetapi Tuhan yang tidak berdusta, Tuhan yang benar dan Tuhan yang maha kuasa yang tidak berubah, Dia jalankan janjiNya. Itu pegangan kita, sifat Tuhan.

Kalau kita bertemu orang yang membuat janji kepada kita, biasa istri ngomong “Jangan cepat percaya, jangan buru-buru percaya. Nanti kamu ditipu, kamu menyesal. Jangan cepat percaya”. Mula-mula jangan percaya, karena tidak ada percaya, maka tidak ada harapan. Tidak usah harap karena tidak bisa dipercaya. Saudara kenal orangnya tidak? Kalau saudara berharap saudara percaya sama dia, kenal tidak? Pertama, kita tidak berani percaya, kita membeli barang, kita bayar, kita langsung menanyakan barangnya di mana. Lama-lama, menjadi semakin percaya. Lama-lama transaksi menjadi paperlessvirtual, kita bayar, kita tidak cek, kemudian barangnya sudah ada. Makin percaya, makin berharap, makin berharap kalau kecewa, pahit. Kalau sudah sangat percaya sekali, itu harapannya luar biasa besar, sudah luar biasa besar, kalau mengecewakan itu pahitnya  luar biasa.

Kita kalau ditipu orang yang kita tidak percaya, dan ditipu dengan orang yang kita percaya pahitnya beda. Kalau ditipu orang yang tidak percaya, memang sejak awal kita tidak percaya. Tetapi kalau kita ditipu orang yang sangat kita percaya, itu sulit. Hakim bertanya kepada penipu, kenapa kamu menipu orang yang percaya kepada kamu? Penipu menjawab : Jika dia tidak percaya pada saya, bagaimana saya bisa tipu dia. Ini dilema penipuan. Penipuan terjadi karena yang ditipu percaya kepada yang menipu. Makin percaya, berharap, makin berharap, kecewanya makin besar.

Itu sebabnya di dalam khotbah yang lalu saya sudah sampaikan, kepada manusia kita boleh percaya, tetapi tidak boleh bergantung dan bersandar. Bergantung dan bersandar hanya boleh untuk Tuhan. Kepada manusia kita boleh percaya, boleh ada kepercayaan, tetapi bersandar, bergantung hanya bagian Tuhan bukan bagian manusia. Kepada manusia kita tidak boleh bersandar, bergantung. Bersandar, bergantung itu hanya bagian Tuhan yang tidak mungkin mengecewakan, tidak mungkin berdusta, tidak mungkin berubah, dan yang pasti menjalankan apa yang Dia janjikan, asal jangan kita sembarang klaim janji Tuhan.

Janji Tuhan untuk Yosua bukan untuk kita. Tuhan bilang sama Yosua “Hei Yosua, jalanilah tanah ini setiap tempat yang kau injak menjadi milikmu”, langsung saudara keliling puri. Tidak bisa! Yang Tuhan janjikan buat Yosua ada kepentingan, bukan buat kita. Misalnya kita mau beli rumah di sini, kita pergi ke lokasi yang ingin kita beli, membawa galon air kosong, periuk, piring besi, kita ketok ketok keliling 7 kali seperti tembok Yerikho, harap runtuh dan kita menguasai tanah ini. Hal ini tidak benar. Yang Tuhan janjikan untuk Yosua, Musa, Daud, bukan yang Tuhan janjikan untuk kita, jangan sembarangan klaim janji Tuhan. Yang Tuhan janjikan harus kita mengerti betul, ini buat orang percaya, buat anak Tuhan, itu kita pegang, janji Tuhan.