Mari kita belajar 3 sikap menghadapi kesulitan. Pertama, kita belajar dari ayat-ayat ini:

Lukas 2:19 “Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.”

Lukas 2:51 “Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.”

Sikap pertama dalam kesulitan adalah menyimpan semua perkara di dalam hati dan merenungkannya. Jangan sembarang menyimpulkan, jangan sembarang komentar dulu, kita belum tahu apa yang akan terjadi, kita belum tahu the next-nya bagaimana, kita belum tahu hari depannya bagaimana, jangan sembarang bicara dulu. Menyimpan dalam hati dan merenungkannya. Maria menyimpan perkara itu dalam hati. Setiap kali saudara berhadapan dengan perkara apa saja, saudara-saudara belajar dari Maria. Pertama kali sikap rohani seperti ini muncul, bukan dari Maria, tetapi muncul dari Yakub. Ketika melihat saudara-saudara Yusuf membenci Yusuf, Yakub menyimpan segala perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya.

Jadi, sikap pertama dalam menghadapi kesulitan adalah menyimpan segala perkara dalam hati dan merenungkannya. Evaluasi diri, bertanya sama Tuhan, minta firman Tuhan, minta pimpinan Tuhan, jangan bicara dulu, jangan sembarangan memberi kesimpulan karena belum tentu itu benar.

Kedua, Hakim-Hakim 11:11, ketika Yefta, anak dari seorang pelacur diangkat menjadi panglima tentara Israel, apa yang dilakukan Yefta: “Maka Yefta ikut dengan para tua-tua Gilead, lalu bangsa itu mengangkat dia menjadi kepala dan panglima mereka. Tetapi Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan Tuhan, di Mizpa”. Yang kedua adalah membawa seluruh perkara ke hadapan Tuhan. Ada perkara, saudara bawa dalam doa.

Ketiga, seperti Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” Paulus menanggung segala perkara. Bagus sekali terjemahan Indonesia, tiga-tiganya memakai kata “perkara”. Kata “perkara” konotasinya tidak positif. Kita tidak bicara perkara untuk hal positif. Kita tidak bicara perkara makan-makan, kita tidak bicara perkara es krim. Kita bicara perkara salah paham, bicara perkara pertikaian, bicara perkara pembunuhan.

Setiap kali ada kesulitan, yang harus kita lakukan adalah menyimpan segala perkara itu dalam hati kita dan merenungkannya. Yang kedua, membawa segala perkara itu kepada Tuhan, bawa dalam doa dan bicara kepada Tuhan, berkata-kata kepada Tuhan tentang segala perkara itu. Yang ketiga adalah minta kekuatan Tuhan untuk menanggung segala perkara.

Saudara-saudara, Maria merenungkan segala perkara ketika Yesus tidak ditemukan tiga hari, mereka mencari dan jawaban Tuhan Yesus begitu tajam, ini kebenaran yang jujur diberitakan kepada Maria. “Mengapa engkau mencari Aku, bukankah Aku harus tinggal dalam rumah Bapa-Ku?”. Kalimat yang begitu tajam itu tidak ditanggapi Maria dengan marah-marah, kontak Elizabeth atau pergi ke tempat Elizabeth dan bicara “Masa Dia ngomong kayak gitu?”. Yesus memberitakan kebenaran: You are not my mother, you are not my father, Aku harus tinggal di rumah Bapa-Ku. Tetapi Maria menyimpan perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya. Jangan sembarang berkata-kata. Kalau saudara ada kesulitan dan sembarang berkata-kata, kata-katamu kepada Tuhan tidak bisa dicabut. Itulah sebabnya Ayub di dalam bagian terakhir dalam kitab Ayub, setelah dia banyak berkata-kata dengan tidak benar, kemudian Ayub mengatakan dalam Ayub 39:34-39 “Maka jawab Tuhan kepada Ayub: “Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? Hendaklah yang mencela Allah menjawab! Maka jawab Ayub kepada Tuhan: “Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan.” – “Mulutku kututup dengan tangan”,waktu kita menghadapi kesulitan kita jangan berkata-kata. Mari kita belajar dari Maria, menyimpan segala perkara dalam hati dan merenungkannya.

Yang kedua, kita belajar dari Yefta, membawa segala perkara itu kepada Tuhan. Saudara bawa kepada Tuhan: This is difficult, oh Lord. This is heavy, oh Lord. Saudara bicara, ini susah dan berat ,Tuhan, tolong, Tuhan.

Yang ketiga, saudara-saudara minta kekuatan Tuhan untuk menanggung segala perkara. Jangan berdosa dengan mulut, itu pertama, simpan dalam hati dan merenungkannya. Kedua, jangan merasa dirimu bijak, bawalah perkara itu kepada Tuhan. Sudah menyimpan dan merenungkan dalam hati itu baik, tetapi jangan merasa dirimu bijak, bawa perkara itu kepada Tuhan. Yang ketiga, minta kekuatan Tuhan untuk menanggung perkara itu,jangan bersandar pada kekuatanmu sendiri. Jangan berdosa dengan mulut, jangan merasa dirimu bijak, jangan bersandar kekuatanmu sendiri. Tiga langkah ini dilarang. Tiga hal yang harus dilakukan adalah menyimpan segala perkara dalam hati dan merenungkan, membawa segala perkara kepada Tuhan dan menanggung segala perkara saudara.

Saudara-saudara, bukan berarti dalam kesulitan, kita tidak bisa berdoa, tidak bisa bicara, bisa, tapi jangan bicara yang tidak-tidak. Inilah problem dari orang Israel, mereka bicara yang tidak-tidak. Saudara-saudara sekalian, satu kali kita sudah menyerahkan diri, seumur hidup jangan ragu pemeliharaan Tuhan. Satu kali mengikuti Tuhan, seumur hidup jangan ragu pemeliharaan Tuhan. Tuhan, saya milik-Mu, Tuhan, saya anak-Mu. Hidup mati, kata Roma 14:8, aku milik Tuhan. Tuhan berjanji tidak pernah membuang anak-anak-Nya. Tuhan berjanji tidak pernah membuang orang-orang yang Dia tebus. Satu kali mengikuti Tuhan, seumur hidup jangan ragu pemeliharaan Tuhan.