Saudara-saudara, ketika Stefanus mati, Tuhan Yesus berdiri. Padahal Alkitab selalu mengatakan Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Yesus menjadi Nabi, Imam dan Raja di surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Dia duduk. Tetapi, ketika Stefanus mati, Yesus berdiri. Ketika Uzia mati, Yesus duduk. Kenapa kita berkata itu Tuhan Yesus, jelas di dalam Yohanes juga dikatakan demikian. Tapi, Calvin berkata Allah memperlihatkan diri dalam perjanjian lama itu Tuhan Yesus, sebab jika Allah Bapa menampakkan diri, manusia akan mati. Berarti, yang menampakkan diri dalam Yesaya 6 itu Tuhan Yesus. Ketika Uzia mati, Yesus duduk. Ketika Stefanus mati, Yesus berdiri. Kita mau melihat perbandingan-perbandingan ini.

Saudara-saudara, ketika Uzia mati, Yesus memang harus duduk. Kenapa? Karena Uzia adalah raja yang penting, salah satu yang paling berjasa membawa kerajaan Yehuda kepada keemasan dan kematian Uzia adalah kematian skandal, sebab Tuhan mengutuk dia dan dia mati sakit kusta, kematian yang penuh dengan pergunjingan. Dia mati dalam pengasingan. Ini suasana kematian Uzia, kematian yang mengguncang kerajaan Yehuda karena Uzia mati dalam skandal. Yesaya sebagai hamba Tuhan, sebagai nabi, sebagai orang dalam istana, sebagai keluarga kerajaan, pergi ke Bait Allah untuk mencari apa yang Tuhan inginkan. Ketika itu dia melihat Tuhan Yesus duduk, di tahta-Nya yang menjulang tinggi, ujung jubah-Nya memenuhi bait suci (Yes 6:1). Yesus harus duduk ketika Uzia mati. Kalau Yesus berdiri, berarti Dia kaget. Ketika Uzia mati, Dia kaget, Dia gentar, Dia terkejut, maka Dia berdiri. Itu akan merusak, menakutkan iman orang percaya, merusak iman kita. Namun, ternyata tidak, ketika Uzia mati, puji Tuhan, Tuhan Yesus duduk, firm, keteguhan, tenang. Saudara-saudara, perubahan yang terjadi di dunia begitu menakutkan tetapi Tuhan Yesus begitu tenang. Situasi politik berubah, perubahan begitu cepat dan tidak kita duga. Perubahan ekonomi, perubahan kesehatan, perubahan segala sesuatu begitu menakutkan. Tapi, God is there, Allah ada di situ. Dia duduk. Ketika raja Uzia mati, Tuhan Yesus tidak berdiri tetapi duduk. Ini pengharapan kita, ini penghiburan kita. Tuhan tidak takut kepada kematian Uzia, tidak takut kepada perubahan itu, Dia tidak gentar, tidak terkejut. Puji Tuhan, Dia tenang. Tuhan tenang, tidak gentar, tidak takut, tidak gelisah karena Uzia mati, meskipun raja yang begitu besar. Ini yang terjadi pada Uzia mati, suasana yang sangat menakutkan sekali, tetapi Tuhan duduk dengan tenang.

Ketika Stefanus dirajam dengan batu sampai mati, Yesus tidak duduk tetapi berdiri (Kis 7:55-56). Yesus berdiri, Dia menyambut atau Dia membela, welcome, Hi hamba-Ku yang baik dan setia, mari masuk, nikmatilah kebahagiaan bersama dengan Tuanmu. Ketika Stefanus dirajam dengan batu sampai mati, Yesus duduk, bukan berdiri. Kalau Yesus duduk, berarti I don’t care. Itu akan memahitkan para martir. Itu akan membuat orang percaya tidak mau menderita bagi Tuhan karena mereka tahu Tuhan tidak akan peduli pada penderitaan mereka. Tetapi, pada waktu Stefanus mati, Yesus berdiri, membuktikan orang yang berjerih payah bagi Tuhan, tidak mungkin sia-sia. God is not blind. Dia tidak buta, Dia mata-Nya melihat Stefanus dirajam batu sampai mati, Yesus berdiri. Begitu indah. Inilah kemuliaan Tuhan yang menghibur. Penghiburan kita bukan hanya dari kasih Allah, penghiburan kita bukan hanya dari kebaikan Allah, tetapi penghiburan kita juga dari kemuliaan Allah.