“Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus Saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai istri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil istri Saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.” – Markus 6:17-20

Yohanes Pembaptis menegur Herodes, “Tidak halal engkau mengambil istri Saudaramu!” Tetapi di ayat 19 dituliskan siapa yang marah? Justru Herodias, istri Herodes. Heran ya, yang ditegur Herodes, kok yang marah malah Herodias? Mengapa seperti ini? Karena sebenarnya Herodias juga ingin menjadi istri Herodes. Ia merasa mengambil pilihan yang salah dengan menikahi Filipus, saudara Herodes. Filipus bukan raja, sedangkan Herodias ingin menjadi istri raja. Inilah alasan mengapa Herodias menaruh dendam kepada Yohanes Pembaptis dan bermaksud untuk membunuh dia.

Tetapi respon Herodes berbeda,

“Sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.” – Markus 6:20

Saudara sekalian, mengapa ada hamba-hamba Tuhan yang berkhotbah begitu keras, seperti John Sung atau Billy Sunday. Khotbah begitu keras, sampai membuat telinga merah, tetapi pendengarnya sangat banyak? Kita lihat Yohanes Pembaptis, Herodes pun tahu bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci. Herodes senang mendengarkan dia. Mengapa demikian? Karena Yohanes memberitakan kebenaran. Ada satu rahasia yang akan kita pelajari. Kenapa para hamba Tuhan yang khotbahnya begitu keras seperti John Sung atau Billy Sunday, para hamba Tuhan ini yang jika berkhotbah hanya membawakan satu tema yaitu kemarahan Tuhan, mengapa pendengar mereka begitu banyak? Bahkan pendengar mereka tidak berkurang. Jawabannya adalah karena mereka memberitakan kebenaran yang mengisi jiwa manusia.

Maka sekalipun telinga pendengar merah, tapi jiwanya, sedalam-dalam hati nurani berkata, “Ini benar!” Inilah yang terjadi dalam diri Herodes saat ia mendengarkan Yohanes Pembaptis, dia tahu bahwa ini benar. Saudara sekalian, hal ini harus kita ingat baik-baik: jangan mencari khotbah yang memuaskan telinga, carilah khotbah yang mengisi jiwa, sekalipun itu berarti jiwa dibersihkan dengan pisau yang sangat tajam.

“Jangan mencari khotbah yang memuaskan telinga, namun carilah khotbah yang mengisi jiwa, sekalipun itu berarti jiwa dibersihkan dengan pisau yang sangat tajam.”

Yesus menyampaikan pergumulan sedalam-dalamnya hati manusia yaitu keinginan untuk bebas, ini adalah kebutuhan terdalam manusia. Ingin bebas dari belenggu setan. Ingin bebas dari belenggu dosa. Menginginkan Tuhan dan kebenaran-Nya. Inilah yang Yesus khotbahkan. Maka satu sisi kita mengatakan, “Yesus adalah pengkhotbah yang menarik.” Menarik bukan karena memuaskan telinga jemaat, tetapi karena khotbah-Nya mengisi jiwa.

Saudara perhatikan penekanan poin pertama yaitu, tugas gereja adalah mengisi jiwa dan hati manusia, menggarap hati manusia. Jemaat datang ke gereja bukan untuk mencari khotbah yang memuaskan telinga. Jangan mencari khotbah karena humor-humornya lucu. Yang penting adalah Saudara dapat makanan untuk jiwa. Kalau jiwa Saudara tidak mendapat makanan, Saudara nanti menjadi gelandangan rohani yang berkelana kian kemari. Tentu ada waktu untuk humor, tapi bukan saat kebaktian. Herodes tahu bahwa khotbah Yohanes sangat keras. Tapi sedalam-dalamnya hati Herodes, dia tahu bahwa Yohanes benar. Herodes terombang-ambing. Yesus mengkhotbahkan ini, bahwa manusia perlu Tuhan.

Tugas gereja bukan menggarap dompet jemaat. Tugas gereja adalah menggarap hati dan jiwa jemaat. Produk gereja bukan uang, melainkan orang. Apa gunanya jika gereja kita mempunyai tabungan sebanyak dua triliun tapi setengah dari jemaat adalah penjahat? Lebih baik gereja kita keuangannya pas-pasan tapi semua jemaatnya misionaris.

Tugas gereja bukan menggarap dompet jemaat. Tugas gereja adalah menggarap hati dan jiwa jemaat.

Gerejanya Zinzendorf, yaitu Moravian Church, semua jemaatnya bersiap diri menjadi misionaris. Ini luar biasa. Setelah kebaktian, jemaat mereka berkumpul dan membicarakan rencana penginjilan ke suatu daerah. Jika memiliki beban yang sama, mereka akan membentuk tim kecil untuk pergi ke daerah tersebut dan mendirikan gereja Moravian di situ. Misal lima keluarga berangkat, ada yang berprofesi dokter, guru, pengusaha, barber, dsb. Mereka tidak meninggalkan profesi mereka, tapi mereka sehati pergi ke daerah lain dan mendirikan gereja Moravian di sana. Every member of congregation is a missionarist. Ini gereja yang luar biasa! Semasa Zinzendorf, lebih dari 2.000 orang diutus menjadi misionaris. Inilah tugas gereja, menggarap jiwa dan hati jemaat, memberi makanan untuk jiwa jemaat.

Mengapa para rasul memilih diaken?

Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” – Kisah Para Rasul 6:2-4

Para rasul memilih diaken supaya mereka dapat berkonsentrasi pada doa dan firman. Di gereja perlu ada pengurus, tim kerja dan panitia. Kalau hamba Tuhan juga harus sapu gereja, nanti gedungnya bersih tapi khotbahnya kurang bersih. Hamba Tuhan memiliki peran dalam mengambil keputusan-keputusan penting dan besar untuk gereja. Tapi keputusan-keputusan detil dan teknis diserahkan kepada Saudara yang sudah dipilih untuk melayani. Maka para rasul fokus pada firman dan doa. Firman tidak boleh kurang, sudah tugas gereja memberi makan jiwa jemaat. Inilah alasan mengapa orang-orang memperhatikan dan memikirkan khotbah Yesus. Inilah juga alasan mengapa Herodes tetap mendengarkan khotbah Yohanes Pembaptis walaupun perasaannya terombang-ambing dan hatinya gundah gulana.