Orang Kristen berada di dalam dunia. Kehadiran orang percaya secara individual maupun komunal dalam dunia menyebabkannya tidak bisa menghindari kebudayaan. Yesus sendiri saat berada di dalam dunia berhadapan dengan kebudayaan. Dia lahir, dibesarkan dan melayani di tengah-tengah masyarakat Yahudi. Dia disunat pada hari ke delapan, merayakan Paskah di Yerusalem, dan menghadiri pesta pernikahan seperti kebiasaan masyarakat Yahudi. Di sisi lain, Yesus menunjukkan sikap yang bertentangan dengan budaya Yahudi. Dia makan dengan pemungut cukai, meminta minum dari perempuan Samaria dan menyembuhkan pada hari Sabat. Tidak mengherankan, seperti yang dikatakan Richard Niebuhr,Yesus dianggap mengancam kebudayaan Yahudi.

Sikap orang Kristen terhadap kebudayaan seharusnya mencerminkan sikap Yesus terhadap kebudayaan. Yesus tidak menjauhi kebudayaan tetapi menyadari bahaya kebudayaan. Kepada para murid-Nya, Yesus berkata “berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” (Mrk 8:15).  Siapakah orang Farisi dan Herodes? Mereka adalah pembentuk kebudayaan alias elit kultural masyarakat Yahudi saat itu. Pandangan ataupun perilaku mereka mempengaruhi opini publik. Tidak heran Yesus menyebut mereka sebagai ragi untuk menekankan pengaruh besar mereka. Jacob Van Bruggen mengatakan “sikap mereka meresap dalam hati rakyat sebagaimana ragi mengkhamiri adonan.” Mengapa Yesus menyuruh para murid-Nya untuk berjaga-jaga? Supaya para murid tidak terjangkit ketidakpercayaan mereka! Orang Farisi dan Herodes sudah melihat dan mendengar tentang perbuatan-perbuatan Yesus tetapi menolak untuk mengakui-Nya sebagai Anak Allah.

Sebagai elit kultural, pandangan dan sikap orang Farisi dan Herodes terhadap Yesus akan mempengaruhi pandangan masyarakat Yahudi terhadap Yesus. Kebudayaan dapat membutakan seseorang terhadap kebenaran. Saat kebohongan menjelma menjadi kebudayaan akan terlihat seperti kebenaran dan kebenaran terlihat seperti aneh. Siapa yang akan berpikir kalau Yesus adalah anak Allah jika elit kebudayaan menolak untuk mengakuiNya sebagai Anak Allah? Inilah yang akan terjadi jika para murid tidak waspada dengan ragi orang Farisi dan Herodes. Yesus memperingatkan para murid, seperti yang dikatakan Van Bruggen, supaya jangan mengadopsi sikap dan pola pikir orang Farisi dan Herodes sebab mereka akan buta karenanya.

Gereja hari ini juga mendapatkan tantangan dari ragi kebudayaan. Pengakuan akan Yesus sebagai Anak Allah sering mendapat bantahan dari kalangan elit kultural saat ini. Yesus sudah memperingatkan tentang ini supaya kita waspada.Tetapi waspada saja bukanlah respon yang memadai terhadap ragi kebudayaan. Jangan lupa, Yesus juga mengajarkan Kerajaan Allah seumpama ragi yang diadukkan ke dalam tepung (Matius 13:33). Orang Kristen tidak dipanggil hanya untuk berjaga-jaga terhadap ragi dari dunia tetapi juga menjadi ragi dalam dunia. Sayangnya, orang Kristen cenderung memandang kebudayaan hanya dengan tatapan berjaga-jaga. Andy Crouch mengatakan dunia lebih mengenal orang Kristen sebagai pengutuk, pengkritik, peniru, dan pemakai kebudayaan tetapi bukan pembuat dan pengembang kebudayaan.