“Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “lkutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.”
– Lukas 5:27-28

Menjadi murid Kristus berarti menjadi serupa Kristus. Christ-like spirituality: learning from the teaching and life of Christ. Lewi dipanggil mengikut Tuhan. Meneladani-Nya melalui khotbah yang disampaikan dan kehidupan yang dijalani oleh Tuhan sendiri. Roma 8:29 berbicara dalam gagasan predestinasi bahwa desain awal orang percaya adalah menjadi serupa Kristus.

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”- Roma 8:29

Kita harus senantiasa bertanya kepada diri kita, “Apakah saya serupa Kristus? Atau jangan-jangan saya serupa dengan dunia?” Roma 12:2 mengatakan,

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” – Roma 12:2

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini.” Kata dunia di sini memakai kata aion, yaitu arus. Jangan kita ikut arus dunia. Melainkan, “Berubahlah oleh pembaharuan budimu.” Apakah saya memiliki pola pikir Kristus? Atau jangan-jangan pola pikir dunia? Dan gawat jika kita malah membawa pola pikir dunia masuk ke dalam gereja.

Kelakuan seorang anak akan mirip dengan orangtuanya. Cara tertawanya, gaya bercandanya. Mengapa demikian? Karena setiap hari, anak mengamati kelakuan orangtuanya. Hari demi hari mengalami transformasi serupa dengan orangtuanya.

Inilah yang seharusnya terjadi dalam hidup kita sebagai murid Kristus. Hari demi hari mengalami transformasi untuk semakin serupa Kristus. Amin.