“…buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri…”

– Galatia 5:22-23

“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”

– 1 Yohanes 4:8

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”

– 1 Korintus 13:13

Rasul Yohanes mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Ini berarti kasih adalah bagian yang sangat melekat dalam diri Allah. Allah Tritunggal menjalankan kasih dalam diri mereka, ketiga Pribadi saling mengasihi satu sama lain dalam intimasi kekal. Inilah sebabnya mengapa yang disebutkan pertama kali dalam buah Roh adalah kasih, karena kasih sangat melekat dalam diri Allah Tritunggal. Setiap orang percaya yang dipimpin oleh Roh Kudus, pertama-tama buahnya adalah kasih, sehingga tidak ada pemecah, perselisihan dan pertikaian.

Kasih adalah bagian yang berada dari kekekalan sampai kepada kekekalan. Inilah sebabnya mengapa 1 Korintus 13:13 mengatakan bahwa yang paling besar ialah kasih. Karena kasih bersifat kekal sedangkan iman dan pengharapan bersifat sementara. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa selama di dunia, iman bersifat melampaui ruang, kita tidak melihat Allah, melalui iman kita percaya bahwa Allah ada. Ketika kita berada di kekekalan, iman tidak diperlukan lagi karena kita sudah bertatap muka dengan Pribadi yang kepada-Nya kita beriman. Selama hidup di dalam dunia, kita memerlukan pengharapan karena kita sedang menantikan kedatangan Kristus yang kedua. Tetapi jika sudah berada di dalam kekekalan, pengharapan tidak diperlukan lagi karena kita sudah bertemu dengan Sumber Pengharapan kita. Namun tidak demikian dengan kasih. Kasih tidak berakhir. Kasih tetap berada selama-lamanya dalam kekekalan. Dan di dalam kekekalanlah terjadi relasi pernikahan kekal antara gereja dengan Kristus, Sang Mempelai Pria. Suatu intimasi kasih yang tak berkesudahan.